GENAP 20 TAHUN
Surat Kabar Harian
‘FLORES POS’
1999 – 9/9 – 2019
Dari Nusa Bunga
untuk Nusantara
—————————————————–
Suara Pendiri Flores Pos
Pater Henri Daros SVD
Keterangan Gambar:
Pater Henri Daros SVD, Pendiri Flores Pos
Wartawan Flores Pos mewawancarai
Pater Henri Daros SVD, salah satu Pendiri Harian Flores Pos,
Ketua Yayasan Flores Media sebagai lembaga Penerbit Flores Pos,
dan Pemimpin Umum pertama Harian Flores Pos (1999 – 2002).
Pater Henri juga adalah Ketua Yayasan Dian,
lembaga Penerbit Surat Kabar Mingguan Dian,
yang terlibat dalam rencana penerbitan
Surat Kabar Harian Flores Pos kala itu.
Sumber: Harian Flores Pos Versi Online
http://florespos.co.id/berita/detail/suara-pendiri-flores-pos-pater-henri-daros-svd
9 September 2019
Kenapa Flores Pos Lahir?
Kala itu ada dinamika perkembangan sosial-politik nasional dengan dampak ikutannya ke daerah, khususnya yang berkaitan dengan gerakan reformasi yang sudah mulai tak terbendung sejak 1998, dengan taruhan pada transparansi informasi.
Karena itu, dirasa perlu adanya upaya pemberdayaan potensi daerah untuk memahami apa yang telah terjadi di tingkat pusat melalui penyaluran informasi secara cepat. Media juga dirasa perlu untuk menyalurkan dan menyuarakan aspirasi dan pendapat dari daerah setempat ke pusat dan ke daerah-daerah lain, juga secara cepat.
Ada banyak perubahan akibat gerakan reformasi kala itu, baik di kalangan lembaga pemerintahan maupun lembaga-lembaga swasta, yang harus segera diketahui oleh masyarakat agar disikapi dan ditanggapi secara tepat, dan untuk itu perlu dicegah terjadinya keterlambatan dan ketimpangan distribusi informasi.
Kita sudah memiliki Surat Kabar Mingguan Dian, namun tidak cukup lagi untuk menjalankan fungsi yang dituntut oleh perubahan yang terjadi. Maka, Dian ditetapkan untuk menjalankan peran penyalur informasi hasil reportase investigatif secara in depth dan menyeluruh sekali seminggu untuk topik-topik pilihan tertentu.
Sebuah surat kabar harian, yaitu Flores Pos, dan sebuah surat kabar mingguan, yaitu Dian, secara bersama dinilai sebagai sarana komunikasi dan informasi yang komplet dan saling melengkapi, baik untuk meneruskan peran yang sudah lama dijalankan maupun untuk menghadapi tuntutan perkembangan yang baru.
Menarik bahwa informasi tentang akan diterbitkannya Flores Pos diketahui juga oleh Gus Dur (Abdurahman Wahid), Ketua Umum PBNU pada waktu itu, yang langsung menyatakan kegembiraan dan dukungannya karena menurut beliau aspirasi dan sekaligus suara dari daerah perlu lebih banyak diketahui di tingkat pusat. Dan sebuah “surat kabar harian daerah” dipandangnya sebagai salah satu sarana yang tepat.
Moto yang dipilih, yaitu “Dari Nusa Bunga untuk Nusantara,” merupakan kristalisasi dari visi dan misi pemilik, penerbit, dan para pengasuh serta awak Flores Pos dalam menanggapi perkembangan yang terjadi, dan berusaha untuk melakukan apa yang terbaik dalam menanggapinya, demi kepentingan umum dan demi kebaikan bersama.
Flores Pos Dulu dan Kini
Dari segi isi, Flores Pos pada periode awal terbitannya telah secara konsekuen dan konsisten menjalankan perannya sebagai sarana komunikasi dan informasi pada masa yang ditandai oleh perubahan yang pesat itu. Kerja sama dan konsultasi dengan personel surat kabar nasional telah sangat membantu dalam hal manajemen redaksional.
Semua awak redaksi Flores Pos pun tidak lain dari awak redaksi Dian yang sudah makan garam (berpengalaman), yang dengan cukup mudah bisa menyesuaikan diri dengan ritme kerja surat kabar harian.
Dari segi manajemen perusahaan pun Flores Pos mempunyai rekam jejak yang baik pada periode awal terbitannya, baik karena bantuan personel surat kabar nasional yang terlibat dalam rencana penerbitan maupun karena disiplin bagian perusahaan yang sudah dimiliki oleh para awak perusahaan Dian yang juga mulai menangani Flores Pos.
Ada pun salah satu alasan pemilik untuk merestui penerbitan Flores Pos ialah catatan positif kinerja perusahaan Dian. Kemampuan Dian dalam hal kinerja bisnis sehingga bisa hidup dari penghasilan sendiri, yaitu sejak beralih status dari sebuah majalah dwi-mingguan menjadi surat kabar mingguan di bawah badan penerbit yang baru yaitu Yayasan Dian, itulah juga yang membuat pihak konsultan rencana penerbitan Flores Pos melihat suatu prospek yang baik ke depan.
Supervisi dan kontrol teratur atas kinerja para agen dan disiplin penagihan, serta pertemuan evaluasi yang rutin dan teratur di kantor pusat, dipandang sebagai faktor penting yang sangat menjanjikan saat itu.
“Sejak saya berpindah tugas ke Jepang, khususnya ketika sudah sepenuhnya menjalankan tugas di sana tanpa saling komunikasi dan informasi lagi dengan pihak manajemen di Ende (selama 17 tahun lebih), perkembangan Flores Pos tidak saya ikuti lagi. Namun, dari beberapa informasi lepas saya sempat mengetahui bahwa Flores Pos mengalami cukup banyak kesulitan, baik dari segi manajemen redaksi maupun (dan terutama) dari segi manajemen perusahaan, sebagaimana sudah diketahui oleh para pengasuh Flores Pos sendiri pada waktu-waktu terakhir ini.
Setelah berada kembali di Ende, terus terang saya tidak secara khusus, apalagi secara rutin/teratur, membaca Flores Pos dan mengikuti perkembangannya. Namun apa yang sesekali saya temukan ketika secara kebetulan membaca Flores Pos, dan pernah juga ‘menggoda’ saya untuk memeriksa seluruh terbitan selama seminggu, beberapa hal berikut dapat menjadi bahan refleksi.”
Pertama, headline yang menyentuh masalah penting warga masyarakat secara keseluruhan agaknya sangat jarang ditampilkan. Sebaliknya, lebih banyak topik khusus, berita-berita tentang sekolah-sekolah tertentu misalnya, sehingga menimbulkan kesan seperti ‘buletin sekolah’.
Dapat dimaklumi, topik yang menyangkut masalah sosial-kemasyarakatan memerlukan kerja investigasi, suatu kerja ekstra, sementara berita-berita dari sekolah tertentu lebih mudah diperoleh, dan tempatnya lebih tepat di rubrik tertentu/halaman dalam.
Kedua, artikel opini sering penuh istilah-istilah teknis, dan terkesan ‘genit’ dalam penggunaan istilah, tetapi lebih parah lagi ada cukup banyak istilah asing yang tidak tepat, yang bahkan tidak terdapat dalam kamus, jadi salah kaprah.
Ketiga, terdapat banyak salah cetak, bahkan salah cetak pada judul berita.
Keempat, tidak selalu, tetapi ada nomor-nomor terbitan yang memberikan kesan kuat seakan-akan Flores Pos sebuah koran eksklusif Katolik dari tampilan isinya. Sekali lagi mungkin karena topik-topik itu lebih mudah diperoleh dan ditulis.
Harapan untuk Flores Pos
Pertama-tama saya ingin mengutip harapan banyak orang yang selama ini, setelah saya berada kembali di Ende, pernah diungkapkan kepada saya. Pertama, hendaknya Flores Pos tampil kembali sebagaimana Flores Pos yang pernah mereka kenal pada periode awalnya dulu yakni isi, opini, pendapat redaksi agar kritis, objektif, dan konstruktif; baik potensi maupun permasalahan setiap daerah benar-benar diulas; melihat dan merasa bahwa Flores Pos adalah suara hati nurani mereka.
Kedua, berdasarkan harapan yang diungkapkan di atas, saya sendiri melihat bahwa Flores Pos pasti akan bisa berperan lebih besar dan lebih baik lagi di masa depan, khususnya karena kepekaan dan keberanian untuk mengangkat berbagai masalah sosial kemasyarakatan yang diabaikan, dan sidang pembaca merasa terpanggil dan terdorong untuk ikut menanggapinya demi kepentingan umum atau kepentingan bersama.
Ketiga, manajemen redaksi yang antara lain terealisasi dalam sidang redaksi hendaknya benar-benar menemukan bersama topik-topik yang tepat berkaitan dengan masalah warga masyarakat secara menyeluruh dan mendasar, yang pada gilirannya bisa mendorong budaya jurnalisme investigatif di kalangan para wartawan Flores Pos. Serentak juga peran penyuntingan berita dan artikel makin ditingkatkan dan ketelitian sebelum naik cetak makin dibudayakan menjadi gaya kerja.
Keempat, media cetak dan media online makin ramai bertebaran, namun Flores Pos akan bisa tetap tampil beda karena kesetiaan pada intisari motonya. Flores Pos hendaknya tidak jatuh dalam kecenderungan dan godaan sensasi, tetapi selalu membumi.
Kesulitan tentu masih akan tetap mengganggu, baik untuk kerja redaksi maupun bidang bisnis perusahaan. Namun tekad dan semangat baru dan yang dibarui lagi pada usia 20 tahun ini pasti akan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu.
http://florespos.co.id/berita/detail/suara-pendiri-flores-pos-pater-henri-daros-svd
9 September 2019